Di Gedung Pertemuan Mulya Dana, Gelar Halal Bi Halal Paguyuban Bagelen Tegal
Tnipolrinews.com – Tegal – Warga Bagelen Tegal Jawa Tengah, gelar Halal Bi Halal di Gedung Pertemuan Mulya Dana Kota Tegal, pada 12 Mei 2024.
Sebanyak 300 undangan dilayangkan kepada pengurus dan anggota, yang ditandatangani Ketua Panitia Tribudiyono, dan ditandatangani Ketua Paguyuban Putra Bagelen Tegal, Ucik Hartono.
Dengan tujuan untuk melangsungkan halal bi halal dan mendengarkan tausiah dari Habib Zainal Abiddin, SE., M.H yang terkenal.
Menurut Habib Zainal Abiddin bahwa halal bi halal yang sudah jadi budaya di Negara Indonesia harus dipertahankan, meskipun di jaman Kanjeng Rasulullah SAW belum pernah ada.
“Halal bi halal seperti ini, karena banyak manfaatnya bagi umat muslim, harus… dan harus dipertahankan,” ujarnya.
“Karena kita akan malu, lanjut Habib, meskipun bersalah jika langsung minta maaf pada yang bersangkutan. Maka pada momen halal bi halal ini kita bisa minta maaf dan hukumnya wajib, memberi maaf sesama muslim,” ungkapnya dalam tausiah yang dihadiri ratusan orang.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Paguyuban Putra Bagelen Tegal Ucik Hartono, menyampaikan bahwa paguyuban yang hanya setahun sekali mengadakan halal bi halal, tidak berarti minta maaf sekali saja selama setahun.
“Halal bi halal ini kan sekedar contoh, bukan berarti kesalahan yang berkali-kali cukup minta maaf sekali pada waktu paguyuban mengadakan halal bi halal. Tentu paguyuban yang terdiri dari ratusan anggota, disadari atau tidak, bisa terjadi kekeliruan sesama anggota dan pengurus,” paparnya.
Pada akhir sambutanya, Ketua Paguyuban menegaskan bahwa transparansi anggaran, dan saling percaya, merupakan bagian dari sekian kunci mempertahankan paguyuban yang usianya tak muda lagi.
Pada akhir acara, menampilkan pementasan Kesenian Dolalak yang berasal dari Purworejo Propinsi Jawa Tengah.
Sebuah pertunjukan seni yang hampir mirip dengan kuda lumping atau kuda kepang, tetapi pemainya yang rata-rata perempuan mengenakan pakaian model Belanda waktu menjajah.
Kesenian ini adalah bentuk perlawanan rakyat Purworejo terhadap Kolonial Belanda.
(Muchlasin)