Siapakah Guru Sejati Yang Terus Menerus Mengajarkan Ilmu Kasampurnan
TNIPOLRINEWS.COM –
PEMALANG – Tentang Guru Sejati, jangan dibayangkan guru sejati ini ada sosoknya, karena konsepnya agak berbeda dalam filsafat Jawa.
Orang Jawa bahkan punya pandangan tentang levelnya, konsep ilmu itu ada lima tingkatan ;
1.Ilmu Kanoman.
2.Ilmu Kanuragan.
3.Ilmu Kadunyan.
4.Ilmu Kasepuhan.
5.Ilmu kasampurnan.
-Mari kita urai ilmu basic itu namanya ilmu kanoman, seperti ketika teman-teman belajar di sekolah-sekolah dasar, mungkin
sampai SMP ini ilmu kanoman. Artinya ilmu kanoman itu ya belajar tentang dasar-dasar hidup, bagimana bergaul dengan orang, kemudian unggah-ungguh, tata cara dan juga cara makan sehat dan
lain sebagainya, ini namanya ilmu kanoman untuk anak-anak usia-usia awal.
-Satu level diatasnya ada namanya “ilmu kanuragan”.
Ilmu Kanuragan ini makna litteralnya sebenarnya kemampuan fisik, (bisa kesaktian-kesaktian kalau zaman dulu), kalau zaman sekarang ilmu kanuragan lebih dekat dengan keterampilan/skill yang harus kita kuasai untuk hidup.
-Kemudian ada lagi ilmu satu level di atasnya yaitu “Ilmu Kadunyan”, ini lebih tentang bagaimana cara hidup yang konkret, seperti berkarir, bermasyarakat, itu Ilmu Kadunyan namanya.
-Selanjutnya nanti naik satu level, ada “Ilmu Kasepuhan” ini sudah mulai masuk ke ranah spiritual, jadi mungkin berhubungan dengan akhlak, dengan agama dengan ibadah kesalehan dan
lain sebagainya.
-Dan puncaknya adalah “Ilmu
Kasampurnan”, ini kalau di tasawuf ini nanti hubungannya dengan makam (level) tertinggi makrifat dan lain sebagainya.
Tapi Saya sebagai penulis tidak tahu level Keilmuan-mu. Berkenaan dengan materi narasi tulisan ini, lebih pada “Ilmu Kasampurnan”, menuju Guru Sejati.
Beralih pada konsep Guru, ada beberapa kategori Guru ;
-Yang pertama Guru Rupo.
-Yang kedua Guru Wicoro atau Guru Sabdo.
-Yang ketiga Guru Laku.
-Dan yang keempat yang kita tulis dalam narasi kali ini adalah Guru Sejati.
Guru Rupo itu adalah guru dalam bentuk orang yang membimbing kita selama ini, seperti orang tua, guru di sekolah, dosen itu yang mengajar di bangku Kuliah, dan ilmu ilmunya melahirkan menjadi materi-materi untuk hidup di dunia. Jadi rupanya guru ini disebut Guru Rupo/Guru Pertama.
Guru Rupo sebenarnya seperti semboyan Pendidikan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, Guru rupo pada makna Letterlnya ada sosoknya nah ini namanya Guru Rupo.
Selanjutnya tentang Guru Wicoro atau Guru Sabdo, kalau ini mengajari kita tapi ndak ada sosoknya, biasanya dalam bentuk tulisan, seeperti kalian membaca buku.
Hal itu kan sebenarnya juga berguru, tapi kalian mengambilnya dari tulisan beliau penulisnya (ini namanya Guru Wicoro atau Guru Sabdo).
Karena sebenarnya kalian sedang belajar pada Guru Wicoro atau Guru Sabdo dan orangnya tidak harus hadir secara fisik tidak harus masih hidup.
Yang ketiga adalah Guru Laku. Teman teman sering bilang belajar dari pengalaman, dalam kata lain belajar dari pengalaman itu namanya Guru Laku, anda mendapat pengalaman sakit, pengalaman kecewa,
pengalaman gagal, dan itulah yang menjadi Guru Laku.
Bahkan ada yang bilang pengalaman adalah guru terbaik, ada juga yang bilang pengalaman itu guru terpahit.
Yang keempat yang
kita tulis dalam narasi ini yaitu Guru Sejati, ada yang menyebutnya Guru Gaib ada yang menyebutnya Guru Batin ada yang menyebutnya Guru Sukmo ada yang menyebutnya Guru Hidup.
Kita belajar bersama kali ini, sebab dari tiga jenis guru yang pertama, relatif sudah familiar.
Tapi guru yang terakhir ini, kita mungkin bisa berkontribusi besar untuk hidup kita hari ini, dan nantinya bisa berhubungan dengan diri kita yang paling dalam.
Jadi pada akhirnya/puncaknya seorang guru yang disebut Guru Sejati itu ternyata diri kita sendiri, tapi pada aspek yang paling dalam kadang-kadang kita sebut ini unsur Ilahiah dalam diri kita.
Mari kita menelaah mulai dari Nenek Moyang kita yang telah seserius itu mengkonsep seperti apa makna mendalam kehidupan, maka jangan menganggap bahwa simbah-simbah dulu literasinya kurang tinggi, jangan paksa sama dengan literasi dirimu yang sekarang, sebab mereka jauh lebih serius.
Maka Jika engkau berguru pilihlah manusia sejati, jangan sembarangan memilih guru karena guru itu nanti yang mewarnai hidupmu.
Seperti apa manusia sejati itu, tentunya yang akhlaknya baik, yang ngerti hukum, dengan kata lain ngerti hukum itu berarti orangnya bisa diatur (mau
diatur) atau ngerti aturan, yang ahli ibadah dan bisa menjaga dirinya dari tindakan sembrono, syukur-syukur kalau dapat ahli topo, atau orang yang sudah mulai menjauhi dunia yang tidak sibuk dengan urusan dunianya, yang telah meninggalkan urusan dunia, tidak pamrih, di antara cirinya ahli topo itu adalah tidak memikirkan pemberian orang lain, tidak memikirkan honor, tidak mikir gaji.
Syukur-syukur dapat guru yang seperti itu, jadi dia sudah tidak punya pamrih apapun selain ingin mengajar atau mentransfer ilmunya dari berbagi kearifan dengan kalian.
Jadi kalau masih belum topo ya.. tidak apa-apa, syukur-syukur dapat yang topo tadi yang dengan urusan dunia sudah tidak
menyibukkan beliau.
Kalau ada, cari Guru yang demikian itu, dan bisa kita sebut Guru Sejati, maka keilmuan yang kita dapatkan adalah Ilmu Kasampurnan.
Namun demikian, kita pasti tidak bisa atau sedikit bisa untuk memahami karakter Guru Sejati ini, sebab kesemuanya butuh Ketulusan serta Keikhlasan dalam memahaminya, dan Kesempurnaan Pemahamannya adalah diri kita sendiri yang mampu memahami tentang Kesempurnaan dari esensi Ketulusan serta Keikhlasan, maka bisa saja Diri Sendiri adalah Guru Sejati yang terus menerus menerus mengajarkan Ilmu Kasampurnan.
(Eko B Art).