PBJSN Gairahkan Budaya Sidoarjo di Museum Mpu Tantular
Sidoarjo, Tnipolrinews.com – Tim DPC PWDPI – Di tengah derasnya arus globalisasi yang perlahan menggerus nilai-nilai lokal, Persatuan Budayawan Jagad Suwung Nusantara (PBJSN), tetap setia menjaga bara tradisi. Gelaran Hari Lahir ke-2 PBJSN di Museum Mpu Tantular (14-15 Juni 2025) menjadi saksi hidup semangat para pegiat budaya yang terus menyala, meski diterpa keterbatasan.
Kehadiran Wakil Bupati Sidoarjo, Mimik Idayana, yang datang didampingi Kepala Dinas Pendidikan Tirto Adi, menjadi titik terang di tengah minimnya dukungan pejabat. Walau tanpa sambutan resmi, kehadiran Wabup disambut hangat sebagai simbol harapan.
“Terima kasih Bu Wabup. Semoga kehadiran ini menjadi awal sinergi nyata antara pemerintah dan komunitas budaya,” ucap Sayudi alias Mbah Petruk, Ketua PBJSN.
Salah satu acara gelaran budaya ini adalah penganugerahan kepada Sujani, yang dikenal sebagai “Buwas” (Bupati Swasta Sidoarjo). Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 10 orang Insan Peduli Budaya atas kiprahnya melestarikan budaya Sidoarjo di tengah gempuran budaya asing.
Selama dua hari, ratusan warga Sidoarjo memadati arena budaya di halaman Museum Mpu Tantular. Atraksi rampak barong, bantengan, lomba pecutan Jagad Suwung, hingga pameran benda antik dan kuliner UMKM menambah semarak. Anak muda pun tampak antusias, menandakan benih kecintaan budaya mulai tumbuh kembali.
Namun, di balik kemeriahan itu, terselip rasa kecewa pegiat budaya terkait masih minimnya perhatian atas pelestarian budaya, yang semestinya secara optimal bagian dari tanggungjawab Dinas Pendidikan Sidoarjo.
Kritik tajam juga datang dari kalangan pers. Agus Subakti, Ketua DPC PWDPI Sidoarjo, menilai minimnya perhatian Dispendik sebagai bentuk abai terhadap warisan budaya.
“Acara ini semestinya jadi momentum besar. Meski kehadiran dinas di acara ini masih menunjukkan lemahnya komitmen pelestarian budaya,” tegasnya. Ia juga mendesak evaluasi terhadap kinerja Kepala Dispendik oleh Bupati.
Tak ingin hanya mengeluh, PBJSN tengah menyiapkan aksi teatrikal budaya di Pendopo Delta Wibawa. “Bukan demo anarkis, tapi membongkar penyakit pikiran negatif pejabat tentang budaya,” kata Sapto.
Sebagai langkah solutif, PBJSN merancang edukasi budaya ke sekolah-sekolah. “Kami ingin budaya masuk jalur prestasi siswa. Itu upaya jangka panjang membentuk generasi pelestari,” imbuhnya.
Dukungan sempat muncul dari Ketua DPRD Abdillah Nasih melalui bagian dari pokok pikirannya (Pokir) dewan, dalam gelaran bedah buku tokoh lokal Mbah Bungur. Perhatian terhadap budaya Sidoarjo, juga diapresiasi Usman saat periode lalu menjabat sebagai Ketua DPRD Sidoarjo.
Tapi secara umum, geliat budaya masih berjalan dalam kesunyian, di lingkungan birokrasi Pemkab Sudoarjo. “Budaya itu akar bangsa. Jika akarnya rapuh, bagaimana pohon bernama Indonesia bisa bertahan?” pungkas Mbah Petruk lirih, namun penuh harap.
(Tim Media PWDPI)