Jangan Tertipu Dengan Kekayaan Dunia, Tempatkan Urusan Dunia Di Tangan Bukan Dihati
TNIPOLRINEWS.COM –
PEMALANG – Kajian Ba’da Subuh di Masjid Al Barokah Dukuh Plondongan desa Losari Kecamatan Ampelgading Pemalang, yang mengambil teladan tokoh Islam terkemuka, Abdurrahman bin Auf, “Beliau adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling mulia dan terkemuka. Abdurrahman bin Auf termasuk salah satu sahabat Nabi yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW dan dijamin masuk surga”, hal tersebut disampaikan Ustad muda Zahid Suhufi, saat mengisi kajian di Masjid setempat, Jumat (10/10/2025).
Lebih Ustad Zahid menyatakan bahwa teladan yang bisa kita ambil dari Abdurrahman bin Auf, mari kita cari tahu beberapa kemuliaan dan kelebihan beliau.
Kedekatannya dengan Rasulullah, menjadikannya Abdurrahman bin Auf dipercaya oleh Nabi Muhammad SAW untuk memimpin pasukan dalam beberapa pertempuran, dan la selalu setia mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam berbagai peristiwa penting, termasuk hijrah ke Madinah dan peperangan.
“Kecerdasan dan kemampuan bisnis, Beliau memiliki kecerdasan dan kemampuan bisnis yang luar biasa, sehingga beliau berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Madinah pada masa itu”, ucap Ustad Zahid.
Kedermawanan, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling dermawan. Beliau sering menyumbangkan hartanya untuk kepentingan umat Islam dan membantu kaum miskin.
Bahkan Pengorbanan Beliau rela meninggalkan harta bendanya di Mekkah dan memulai hidup baru di Madinah demi membela agama Islam.
“Keimanan yang kuat. Abdurrahman bin Auf memiliki keimanan yang sangat kuat dan tidak pernah ragu dalam membela agama Islam. Kesederhanaannya, meskipun kaya, Abdurrahman bin Auf hidup dengan sederhana dan tidak pernah sombong, Kekayaan tidak membuatnya tertipu dengan urusan dunia, bahkan beliau menaruh urusan dunia di tangannya bukan dihatinya”, tegas Ustad Zahid.
Hal hal lainnya yang tidak kalah penting adalah Partisipasi dalam peperangan.
Beliau ikut serta dalam berbagai peperangan membela Islam, menunjukkan keberanian dan pengorbanan yang luar biasa.
Kemuliaan Abdurrahman bin Auf juga terlihat dari beberapa peristiwa, seperti ketika beliau menyumbangkan 200 uqiyah emas untuk keperluan perang Tabuk, dan ketika beliau membagikan seluruh hasil perdagangannya kepada kaum miskin di Madinah. Beliau adalah contoh nyata dari seorang Muslim yang memiliki kekayaan duniawi namun tetap menempatkan akhirat sebagai tujuan utama.
Dari hal hal tersebut, yang menarik adalah tentang kecintaannya pada akhirat dan menaruh urusan dunia berada di tangannya.
“Rasulullah SAW bersabda tentang Al-Wahn dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (4297) dan Ahmad (5: 278), yang artinya”.
“Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‘Wahn’.”
Seseorang bertanya, “Apa itu Wahn, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”.
Hadits ini menjelaskan bahwa Al-Wahn merupakan penyakit hati yang membuat umat Islam mencintai dunia dan takut akan kematian, sehingga melemahkan semangat juang dan keimanan mereka.
Penyakit yang berarti lebih mencintai dunia daripada akhirat dalam Islam disebut Al-Wahn atau Hubbud Dunya (cinta dunia), yang ditandai dengan kelemahan hati, rasa takut berlebihan terhadap kematian, menganggap dunia sebagai tujuan akhir, malas beribadah, serta mengorbankan agama demi keuntungan duniawi.
Ciri-ciri Penyakit Al-Wahn/Hubbud Dunya:
-Dunia sebagai Tujuan Utama: Menganggap kehidupan dunia sebagai tujuan akhir kebahagiaan, bukan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
-Takut Kematian yang Berlebihan: Merasa takut akan kematian karena merasa bekal untuk akhirat belum cukup atau karena terlalu cinta pada dunia.
-Mengabaikan Akhirat: Lalai dari mengingat akhirat dan tidak bersemangat dalam beribadah karena hati lebih terpaut pada kesenangan dunia.
-Tidak Suka Beribadah: Malas dalam menjalankan ibadah, atau melakukannya dengan tergesa-gesa dan tidak khusyuk, menurut Kumparan seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an terkait sifat orang munafik.
-Menghalalkan Segala Cara: Tidak peduli dengan aturan halal dan haram demi mengumpulkan harta benda duniawi.
-Kikir dan Pelit: Merasa berat untuk bersedekah atau menunaikan zakat, karena tidak ingin hartanya berkurang.
-Serakah dan Tamak: Merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki dan selalu menginginkan lebih, bahkan bagian orang lain.
-Kufur Nikmat: Tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan justru sering mencemooh atau memandang remeh harta yang dimilikinya.
Sebelum menutup kajiannya Ustad Zahid, memberikan penegasan bahwa, kita yang berada dalam Jamaah Masjid Albarokah, mari bersama sama kita makmurkan Masjid ini, kita peduli dan kita bangun generasi Jamaah Masjid agar anak anak muda bisa terpaut hatinya dengan Masjid, sebab kita harus mulai menyadari bahwa Tarbiyah (pendidikan dalam Islam yang berarti proses menumbuhkembangkan potensi, merawat, dan membimbing) adalah bagian dari prinsip memakmurkan Masjid”, pungkasnya.
(Eko B Art).