Desember 21, 2025

Cuaca Buruk Berkepanjangan, Lumpuhkan Aktivitas Nelayan Panimbang, Penghasilan Warga Pesisir Terhenti

0
IMG-20251221-WA0121

PANDEGLANG-BANTEN, tnipolrinews.com – Minggu, 21 Desember 2025. Cuaca buruk yang melanda perairan Selat Sunda dalam beberapa minggu terakhir berdampak serius terhadap aktivitas nelayan di wilayah pesisir Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Nelayan di Desa Citeureup, Desa Tanjung Jaya, dan desa pesisir sekitarnya terpaksa menghentikan seluruh aktivitas melaut karena kondisi laut yang dinilai sangat membahayakan keselamatan.

Aktivitas penangkapan ikan nelayan terhenti akibat cuaca ekstrem berupa hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi.

Nelayan kecil dan tradisional di Desa Citeureup, Desa Tanjung Jaya, serta wilayah pesisir Kecamatan Panimbang menjadi pihak yang terdampak langsung.

Perairan Selat Sunda, khususnya di sepanjang pesisir Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Kondisi cuaca buruk ini telah berlangsung selama beberapa minggu terakhir dan hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

Intensitas hujan yang tinggi disertai angin kencang menyebabkan gelombang laut meningkat tajam, sehingga berisiko tinggi terhadap keselamatan nelayan dan kerusakan alat tangkap.

Sebagai langkah antisipasi, para nelayan memilih untuk tidak melaut dan mengamankan seluruh alat tangkap, seperti bagan apung (bagan kambang), jaring, bubu, serta peralatan penunjang lainnya agar tidak rusak atau hanyut.

Udin, salah seorang nelayan Desa Citeureup, mengatakan bahwa kondisi cuaca saat ini benar-benar tidak memungkinkan untuk melaut.
“Sudah lebih dari dua minggu kami tidak turun ke laut. Angin kencang dan ombak besar datang hampir setiap hari. Kalau dipaksakan, nyawa taruhannya,” ujar Udin,

Ia menambahkan, sebagian besar nelayan di wilayah tersebut menggantungkan hidup sepenuhnya dari hasil laut. Ketika tidak melaut, otomatis tidak ada pemasukan sama sekali.
“Nelayan itu hidup dari harian. Kalau tidak melaut, ya tidak ada uang untuk kebutuhan keluarga,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Nanang, nelayan lainnya asal Desa Tanjung Jaya. Menurutnya, selain berdampak pada penghasilan, cuaca buruk juga mengancam keberlangsungan alat tangkap yang nilainya tidak sedikit.
“Alat tangkap seperti bagan dan jaring itu mahal. Kalau tidak diamankan, bisa rusak atau hanyut. Makanya kami lebih memilih berhenti sementara,” ungkap Nanang.

Nanang juga menyebutkan bahwa sebagian nelayan terpaksa mencari pekerjaan alternatif selama cuaca buruk berlangsung.
“Ada yang jadi buruh harian, ada juga yang serabutan. Tapi hasilnya jauh dari cukup dibandingkan kalau melaut,” katanya.

Berdasarkan data lapangan, mayoritas nelayan di Kecamatan Panimbang merupakan nelayan tradisional dengan armada kecil yang sangat bergantung pada kondisi cuaca. Ketika cuaca ekstrem terjadi, mereka tidak memiliki banyak pilihan selain menunggu hingga keadaan laut kembali aman.

Para nelayan berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun instansi terkait, terutama dalam bentuk bantuan sosial sementara, ketersediaan bahan pokok, serta penyampaian informasi prakiraan cuaca yang lebih intensif dan mudah diakses oleh nelayan pesisir.

“Kami hanya berharap ada perhatian. Setidaknya bantuan sembako atau solusi sementara sampai kami bisa melaut lagi,” harap Udin.

Cuaca buruk yang berkepanjangan ini menjadi gambaran nyata rentannya kehidupan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Dukungan nyata dari berbagai pihak dinilai sangat penting agar ketahanan ekonomi nelayan tetap terjaga dan mereka dapat kembali melaut dengan aman saat kondisi memungkinkan.

Jurnalis: Satim Kabiro Pandeglang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *