November 4, 2025

Ada Apa Dengan Argowisata Tamansuruh Banyuwangi…? Sinergi Tapal Kuda Menggema, Pariwisata Regional Siap Mendunia…!

0
IMG-20251104-WA0193

BANYUWANGI, tnipolrinews.com – Antara Kebanggaan dan Keterpurukan Sebagai warga Banyuwangi, hati ini miris menyaksikan proyek argo wisata Tamansuruh, wisata yang akan menjadi kebanggaan rakyat Blambangan kini mangkrak tak terurus. Sebuah ironi yang kontras dengan gembar-gembor promosi pariwisata yang selama ini digaungkan.

Di tengah suasana khidmat Pendopo Kabupaten Bondowoso, tiga pucuk pimpinan daerah dari kawasan Tapal Kuda—Bupati Bondowoso, Situbondo, dan Jember—menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), sebuah langkah strategis memperkuat kolaborasi lintas wilayah di sektor pariwisata. selasa, (04-11-2025).

Inisiatif ini bukan sekadar seremonial belaka. Ia telah terakomodasi dalam dokumen perencanaan strategis Selingkar Ijen milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur, menegaskan komitmen bersama untuk pengembangan pariwisata regional yang terintegrasi.

Momentum ini menjadi oase di tengah tantangan yang kerap menghantui daerah-daerah. Alih-alih bersaing secara individual, ketiga kabupaten ini memilih bersinergi, menyatukan potensi dan sumber daya demi mewujudkan visi pariwisata berkelas dunia.

“Sinergi Tapal Kuda ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan pariwisata Jawa Timur, sekaligus pengingat bahwa keberhasilan jangka panjang membutuhkan perencanaan matang, pengelolaan profesional, dan komitmen berkelanjutan.

Namun, di tengah gegap gempita kolaborasi ini, muncul pertanyaan reflektif: Bagaimana dengan Banyuwangi? Daerah yang dikenal sebagai pionir pengembangan pariwisata di kawasan ini justru dihadapkan pada ironi tempat wisata yang terbengkalai.

Proyek pengembangan wisata agro Tamansuruh tepatnya di Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, menjadi sorotan dalam upaya optimalisasi desa wisata sebagai penggerak ekonomi kerakyatan. Konsep yang visioner, menjadikan Banyuwangi sebagai model bagi kabupaten lain di Indonesia.

Sorotan tajam tertuju pada proyek revitalisasi Agrowisata Tamansuruh, sebuah inisiatif yang diharapkan menjadi ikon baru pariwisata Banyuwangi. Mari kita telaah lebih dalam melalui data, fakta, dan angka yang terungkap.

Pembangunan proyek ini dimulai pada September 2021 dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2022. Berdasarkan data dari laman resmi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), penataan kawasan Agrowisata Tamansuruh menelan anggaran sebesar Rp 25,7 miliar, dengan kontraktor pelaksana PT Lingkar Persada.

Namun, fakta di lapangan berkata lain. Proyek yang menelan anggaran fantastis ini justru terkesan mangkrak dan terbengkalai. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas pengelolaan anggaran dan perencanaan proyek.

Ironi ini semakin mencolok jika dibandingkan dengan potensi Agrowisata Tamansuruh sebagai penggerak ekonomi kerakyatan. Konsep Desa Osing yang diusung, dengan keotentikan budaya Suku Osing, seharusnya menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.

Di tengah semangat Sinergi Tapal Kuda yang menggema, Banyuwangi justru dihadapkan pada tantangan internal. Proyek Agrowisata Tamansuruh menjadi cermin refleksi, mengingatkan akan pentingnya perencanaan matang, pengelolaan profesional, dan komitmen berkelanjutan dalam setiap pembangunan.

“Sudah puluhan miliar digelontorkan, tetapi bangunannya menjadi monumen bisu. Lahan seluas 10,5 hektare itu menjadi lahan kosong, anggaran publik seperti terbuang percuma,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat dengan nada prihatin. Semoga ini menjadi pelajaran berharga untuk pengelolaan yang lebih baik di masa depan.(Tim)

#kabupatenbanyuwangi
#kpk
#bpkri
#Inspektorat

// Mustakim//

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *