Oktober 9, 2025

Batik Kawung, Selain Memancarkan Nilai Keindahan Motif Geometris Elegan, Tapi Menyimpan Filosofi Mendalam Yang Relevan Dengan Isu Krusial Di Masa Kini

0

TNIPOLRINEWS.COM –

PEMALANG – Secara historis, Batik Kawung pada awalnya merupakan motif yang hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan dan raja di Keraton, menjadikannya simbol kebijaksanaan, keadilan, dan keperkasaan seorang pemimpin.

Makna ini sangat kontekstual dengan kondisi saat ini. Diharapkan, para pemegang kekuasaan dan jabatan publik yang mengenakan—atau bahkan sekadar memahami—filosofi Kawung dapat selalu ingat akan tugas luhur mereka untuk melayani rakyat dengan hati yang bersih dan menjunjung tinggi keadilan, seperti yang disimbolkan oleh pola yang teratur dan simetris. Keadilan dan keteraturan (simetri) dalam motif menjadi cerminan dari transparansi dan akuntabilitas yang merupakan pilar penting dalam pencegahan korupsi.

Dengan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sehelai Batik Kawung, masyarakat Indonesia diharapkan dapat membumikan budaya integritas dan secara kolektif membangun benteng moral yang kokoh untuk membangun bangsa yang bebas dari korupsi.

 

Dalam hal ini salah satu warisan budaya adiluhung Indonesia, Batik Kawung, ternyata tidak hanya memancarkan keindahan motif geometris yang elegan, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam yang relevan dengan isu krusial di masa kini: integritas dan antikorupsi. Motif klasik asal Jawa ini, dengan maknanya yang sarat akan kearifan dan pengendalian diri, dapat menjadi pengingat spiritual bagi setiap individu, khususnya para pejabat publik, untuk menjauhi praktik koruptif.

Melansir dari pemberitaan https://jaga.id/berita., dituliskan bshwa, “Motif Kawung yang khas, berbentuk empat bulatan menyerupai buah kolang-kaling (buah dari pohon aren) yang tersusun rapi secara simetris, melambangkan kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian. Di balik pola yang teratur itu, terdapat filosofi Jawa kuno yang mengaitkannya dengan kata ‘suwung’ yang berarti kosong atau netral”.

“Filosofi suwung pada Batik Kawung mengajarkan kita untuk mengosongkan diri dari nafsu dan hasrat duniawi,” jelas Dr. Retno Suminar, seorang pengamat budaya Jawa, dalam sebuah seminar di Yogyakarta. “Ketika hati sudah ‘kosong’ dari nafsu serakah, seseorang akan menjadi netral, arif, dan bijaksana. Inilah esensi dari integritas yang merupakan kunci utama agar terhindar dari perilaku korupsi.”

Lebih lanjut disampaikan oleh Dr. Retno Suminar, bahwa, “Buah aren yang menjadi inspirasi motif Kawung dikenal sebagai pohon yang kuat dan bermanfaat bagi banyak orang—mulai dari akar hingga daunnya. Hal ini memberikan makna bahwa pemakai Batik Kawung diharapkan dapat menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat (mengutamakan kepentingan umum) dan memiliki ketabahan (kekuatan moral) dalam menghadapi godaan, termasuk godaan untuk menyalahgunakan wewenang demi keuntungan pribadi”, pungkasnya.

 

(Eko B Art).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *