Kawin Colongan Gegara Tidak Di Restui Orang Tua
TNIPOLRINEWS.COM | Banyuwangi – Dinas pariwisata dan Dinas pendidikan Kabupaten Banyuwangi telah mengadakan acara festival padang ulanan yang diikuti oleh seluruh jajaran pendidikan se kecamatan Singojuruh mulai dari SD, SMP, dan SMA bertempat di kantor kecamatan Singojuruh. (Sabtu 26/4/2025).
Festival yang dibuka oleh Bapak Kadis yang diwakilkan kepada bapak Drs sutikno selaku Kabid dinas pendidikan yang dihadiri oleh kasi TK SD bapak Erpandi S.Pd dan seluruh forpimka Singojuruh.
“Diadakannya festival padang ulanan yang mengangkat tema kawin colongan ini bertujuan untuk melestarikan adat dan tradisi masyarakat Banyuwangi”. ujar ibu Kharmilia yg berperan sebagai tokoh Jamila dalam teater kawin colongan tersebut.
Dalam cerita yang mengangkat tema “Kawin Colongan” tersebut mengisahkan tentang dinikahinya Seorang pemuda bernama Sapi’i Bin Buang, punya kekasih bernama Jamilah Bin Solihin, yang keduanya adalah warga Desa yang berbeda di wilayah Kecamatan Singojuruh. Keduanya saling mencintai dan sudah lama menjalin hubungan asmara.
Suatu ketika, Solihin bersama istrinya ngobrol tentang keinginannya agar Jamilah putrinya segara berumah tangga. Solihin dan istrinya berharap ada laki-laki yang meminangnya.
Tanpa lama lagi Solihin dan istrinya sampaikan keinginannya itu kepada Jamilah. Jamilah mengamini keinginan kedua orang tuanya agar segera menikah. Jamilah pun ditanya oleh Solihin, “Apakah sudah ada laki-laki yang menyukai kamu, saya ingin kamu segera berumah tangga”, tanya Solihin pada putrinya.
Jamilah menjawab dengan wajah tersipu malu dan sedikit ada rasa takut “sudah ada” dan mengakui sejak lama menyukai laki-laki yang berhasil mencuri hatinya.
Solihin dan istrinya senang mendengar jawaban anaknya ada laki-laki yang menyukainya. Namun ketika ditanya siapa nama laki-laki itu, Jamilah tidak berani menyebut namanya.
Karena terus dipaksa, akhirnya Jamilah pun berani sebut nama laki-laki yang disukainya yaitu Sapi’i anaknya Buang.
Mendengar nama Sapi’i anaknya Buang, Solihin dan istrinya sontak marah, dan mengatakan tidak setuju.
Karena memang Solihin kaya raya, melontarkan kata-kata hinaan kepada Buang yang memang hidupnya sederhana.
“Saya tidak setuju kalau kamu menikah dengan Sapi’i anaknya Buang, mereka tidak selevel dengan kita, mau dikasih makan apa kamu jadi istrinya Sapi’i. Pokoknya saya tidak setuju, titik”, lontar Solihin kepada Jamilah.
Mendengar pernyataan kedua orang tuanya tidak setuju bila dirinya menjalin asmara dan ingin menikah dengan Sapi’i, Jamilah sedih. Suatu waktu Jamilah bertemu dengan Sapi’i, diceritakanlah tentang orang tua Jamilah yang tidak merestui hubungannya itu.
Namun karena cinta Jamilah kepada Sapi’i sudah kelewat batas, Jamilah minta kepada Sapi’i untuk membawa kabur dirinya. Saling sepakat akhirnya Sapi’i pun bawa kabur Jamilah ke rumahnya. Buang dan istrinya bingung mengetahui anakanya membawa seorang perempuan ke rumahnya.
Tanpa pikir panjang Buang pun minta tolong kepada suadranya sebut saja bernama Warsono dan Kepala Dusun, untuk mendatangi Solihin menyampaikan kabar keberadaan putrinya yang dibawa pulang oleh Sapi’i ke rumahnya.
Singkat cerita Warsono dan Kepala Dusun bertemu dengan Solihin dan isyrinya, dan disampaikanlah kabar bahwa Jamilah putrinya ada di rumah Buang dibawa kabur Sapi’i. Dasar Solihin dan istrinya tidak suka anaknya berhubungan dengan Sapi’i anaknya Buang. Solihin lepas kendali marah membuat Warsono dan Kepala Dusun ketakutan.
Namun Warsono dan Kepala Dusun tetap memberanian diri dan memberikan pemahaman kepada Solihin dan istrinya, bahwa anaknya bernama Jamilah akan dinikahi oleh Sapi’i, keduanya saling menyukai mungkin sudah jadi takdir jodoh keduanya.
Meski sedikit berontak dan dengan berat hati, Solihin dan istrinya akhirnya luluh menyetujui putrinya Jamilah menikah dengan Sapi’i.
Menghindari adanya fitnah, saat itu pula baik Solihin juga istrinya dan utusan keluarga Buang, menetapkan hari dan tanggal pernikahan Sapi’i dengan Jamilah. (TPN_is)
(Yudi Garuda)