MENGUAK PERJUANGAN KOLONEL SENTOT PUTRA INDRAMAYU YANG BERGABUNG DI TNI AD PASUKAN SETAN
By Redaksi, 22 April 2025 –
TNI-POLRI NEWS.COM – (INDRAMAYU JAWA BARAT)_ menguak perjuangan putra indramayu kolonel sentot Pasukan Setan dari Indramayu: Jejak Langkah Kolonel MA Sentot
Di tengah riuh angin pesisir dan aroma tanah sawah yang basah, lahirlah seorang putra bangsa yang kelak menjadi mimpi buruk penjajah: Muhammad Asmat Sentot.
Tepat pada 17 Agustus 1925 hari yang kelak identik dengan kemerdekaan di bumi Plumbon, Indramayu, menjadi saksi bisu kelahiran sosok pemberani yang tak gentar menantang maut demi tanah air.
Sejak usia muda, Sentot telah menanggalkan kenikmatan sebagai anak priyayi. Ia memilih berjalan di lorong-lorong rakyat, mendengar degup ketakutan mereka di bawah sepatu penjajah.
Ketika angin perubahan berhembus dari Timur, dan Jepang mencengkeram Nusantara, ia berdiri gagah bergabung dalam barisan PETA bukan untuk tunduk, melainkan untuk mengasah keberanian.
Usai proklamasi bergema, Sentot tak menunggu aba-aba. Ia terjun ke gelanggang perjuangan, menjelma menjadi Letnan Satu dalam BKR, lalu tumbuh menjadi Kapten, mengomandoi laskar yang tak sekadar membawa senapan namun juga harapan.
Di bawah langit gelap dan sunyi malam, nama “Pasukan Setan” mulai menggema.
Sebuah satuan bayangan yang bergerak senyap, menyergap tanpa ampun, dan menghilang sebelum fajar menyingsing. Di balik strategi gerilya yang penuh siasat itu, berdirilah MA Sentot pemimpin yang tak hanya lihai di medan laga, tapi juga tajam membaca arah sejarah.
Belanda menggempur, tapi di Indramayu mereka berhadapan bukan hanya dengan peluru, melainkan dengan tekad yang tak bisa dibunuh.
Usai desing peluru reda, Sentot tak pulang untuk bersantai. Ia tetap mengabdi dalam tubuh TNI, meniti jalan panjang hingga menyandang pangkat Kolonel.
Dari Komandan Batalyon Siliwangi hingga pucuk pimpinan detasemen strategis, ia tetap teguh menjaga cita-cita republik.
Tapi tak pernah sekalipun ia mencari panggung. Baginya, kemerdekaan bukan untuk dikenang dengan tepuk tangan, melainkan untuk dijaga dengan kerja nyata.
6 Oktober 2001, tubuh sang pejuang memang berpulang. Namun di Cikutra Bandung, tempat ia dimakamkan bersama para pahlawan, semangatnya masih menyala.
Bahkan di kampung halamannya, sebuah rumah sakit berdiri dengan namanya: RSUD M.A. Sentot Patrol bukan sekadar bangunan, tapi simbol pengabdian yang abadi.
Kini, ketika generasi muda berjalan di atas tanah Indramayu, mereka menginjak tanah yang pernah dibela oleh keberanian yang tak ternilai.
Dan setiap kali malam datang dan cerita tentang “Pasukan Setan” dibisikkan, nama MA Sentot kembali hidup sebagai bayang tak gentar yang pernah membuat penjajah gemetar.
editor .Wardono hs,s.e ( Kaperwil jawa barat)