Oktober 18, 2025

Pameran Seni Influx 2025 Hadir di Sidoarjo: Ruang Dialog Seni Lintas Generasi

0

——

Sidoarjo, tnipolrinews.com |

17 Oktober 2025 — Pameran seni bertajuk Influx 2025 resmi dibuka pada Kamis (17/10) di dua lokasi utama, yakni Rumah Seni Pecantingan dan Rumah Budaya Malik Ibrahim, Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi dunia seni rupa Indonesia, yang mempertemukan seniman lintas generasi dalam satu ruang apresiasi dan kolaborasi.

Pameran Influx 2025 mengusung tema “Ruang, Waktu, dan Perubahan”, sebagai refleksi terhadap perjalanan panjang seni rupa di tengah perkembangan teknologi dan perubahan sosial budaya. Tema tersebut diwujudkan melalui lebih dari 60 karya seni dari berbagai daerah, mencakup lukisan, instalasi, patung, fotografi, hingga karya media baru berbasis digital dan interaktif.

Ketua panitia penyelenggara, Lailatul Rahma, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pameran ini diharapkan menjadi titik temu antara tradisi dan inovasi. “Seni tidak pernah berhenti berkembang. Influx menjadi ruang untuk mengalirkan ide, mempertemukan masa lalu dengan masa depan,” ujarnya saat pembukaan yang berlangsung di Rumah Seni Pecantingan.

Sementara itu, kurator utama pameran, Dr. Malik Ibrahim, menegaskan bahwa Influx 2025 bukan sekadar ajang pamer karya, melainkan bagian dari upaya membangun ekosistem seni yang berkelanjutan di Sidoarjo dan sekitarnya. Ia menilai penting adanya ruang yang memberi kesempatan bagi seniman muda untuk tampil dan bereksperimen tanpa batasan media maupun gaya.

Suasana pembukaan berlangsung meriah dan penuh antusiasme. Para pengunjung dari kalangan seniman, akademisi, pelajar, hingga masyarakat umum tampak memenuhi dua lokasi pameran sejak pagi. Mereka menikmati karya-karya yang dipajang dengan kurasi tematik yang mengalir, mengajak penonton merenungkan relasi antara ruang pribadi, waktu kolektif, dan perubahan sosial yang terjadi di sekitar.

Salah satu karya yang mendapat perhatian khusus adalah instalasi “Jejak Waktu” karya Rasya Pradipta, yang menggabungkan teknologi digital dengan pola batik tradisional. Karya tersebut dianggap berhasil menghadirkan dialog antara kearifan lokal dan ekspresi kontemporer. Beberapa pengunjung menilai, karya ini mencerminkan semangat generasi baru yang tetap menghormati akar budaya sembari melangkah ke masa depan.

Selain pameran utama, Influx 2025 juga menghadirkan berbagai kegiatan pendukung seperti lokakarya batik kontemporer, diskusi terbuka, pemutaran film pendek bertema seni urban, serta pertunjukan musik eksperimental dari komunitas kreatif lokal. Rangkaian kegiatan tersebut digelar secara bergantian di dua tempat penyelenggaraan, dengan jadwal berbeda setiap harinya hingga akhir Oktober 2025.

Menurut salah satu peserta pameran, Agus Setiyawan, seniman asal Yogyakarta, Influx menjadi ajang yang mempertemukan banyak perspektif baru dalam praktik seni rupa. “Yang menarik dari pameran ini adalah keterbukaannya. Tidak hanya menampilkan karya yang selesai, tapi juga membuka proses berpikir dan berkarya itu sendiri,” ujarnya.

Pameran ini juga mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sidoarjo, yang menilai kegiatan semacam ini berperan penting dalam memperkuat identitas daerah sebagai pusat kreativitas dan kebudayaan. Kepala dinas yang hadir dalam acara pembukaan menyampaikan apresiasinya dan berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan dengan dukungan lebih luas di masa mendatang.

Dengan penyelenggaraan yang berlangsung di dua ruang budaya yang memiliki karakter berbeda—Rumah Seni Pecantingan dengan atmosfer tradisional dan Rumah Budaya Malik Ibrahim yang lebih modern—Influx 2025 berhasil menunjukkan wajah seni Sidoarjo yang inklusif dan dinamis. Melalui kolaborasi dan partisipasi lintas generasi, pameran ini menjadi bukti bahwa seni tetap hidup, berkembang, dan terus menemukan relevansinya di tengah perubahan zaman.

(Faisal n team)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *