Tragedi Gendhis Sang Bunga Desa (PS Revenge) (part.2)
By Redaksi, 22 Oktober 2024
TNIPOLRINEWS.COM –
Kerap sekali Gendhis mendapatkan perlakuan kasar dan kekerasan dari salah satu kakaknya, (sembari dengan mendapat ancaman kepada Gendhis dibarengi perlakuan dipukul ditendang dan kekerasan ucapan) yang berupa ancaman).
Yang Gendhis mengerti selalu saja kakaknya berani melakukan kekerasan, padahal kakaknya juga baik banget, sayang banget sama Gendhis.
Karena kalau kakak Gendhis pulang sekolah sering sekali membawakan oleh-oleh buat Gendhis berupa bubur mutiara dan kerupuk (gendar/kecimpring) yang terbuat dari singkong. Dan makanan itu pada zamannya memang menjadi favorit dikalangan anak anak.
Akan tetapi hal itu tidak cukup menutup kemungkinan bahwa dalam waktu yang relatif sering justru kekerasan fisik kepada Gendhis terus berulang.
Dalam hati Gendhis tidak pernah tahu, nantinya tidak lama berselang dalam hitungan waktu seminggu (7 hari), kekerasan fisik iitu kembali dilakukan kepada Gendhis.
Dan lebih menakutkan lagi ketika Bapak dan Ibunya Gendhis tidak dirumah, perlakuan kasarnya denga tiba tiba mendorong, memukul serta menginjak, dan yang paling Gendhis ingat dalam kekerasan itu tidak pada wajah, tapi selalu pundak kebawah hingga kaki.
Tapi anehnya ketika Bapak dan Ibunya Gendhis berkumpul dirumah pada malam hari, Kakaknya selalu menyampaikan sama ibunya Gendhis bahwa siang tadi uang jajannya sengaja di belikan jajan untuk Gendhis, kakaknya meminta ganti uang jajannya pada Ibunya, dan segera saja Ibunya mengganti yang Jajan tersebut.
Beda halnya dengan kekerasan yang dilakukan Kakak Gendhis yang satunya, sekalipun tidak pernah melakukan kekerasan fisik, tapi omongan yang disampaikan kepada Gendhis, “selalu tentang keadaaan bahwa, Kamu (Gendhis) disini numpang, ini rumah Bapakku, dan Bapak kamu datang kesini hanya membawa sarung.
Padahal keadaan tersebut jauh lebih dulu sebelum Gendhis memahami tentang keadaan keluarganya, dalam hati Gendhis selalu terbayang bahwa “Aku berada dirumah ini, karena dilahirkan Ibu.
Tekanan perasaan tidak tahu dan ketakutan Gendhis makin menjadi jadi, ketika dalam setiap mengakhiri kekerasannya, dua kakaknya selalu mengancam ” Sana Bilang sama Bapak kamu !!!
Justru pesan itu yang membuat Gendhis bungkam tidak bercerita apapun kepada Bapak dan Ibunya. Sebab Gendhis memahami bila saja dirinya berani ngomong perihal kekerasan yang didapatinya, maka pasti kekerasan akan lebih menjadi jadi kepada dirinya.
Sebab dalam benak Gendhis berpikir, ketika kekerasan muncul, yang Gendhis ingat adalah selalu tangan dan kaki kakaknya yang bekerja menyakiti diri Gendhis.
Kesedihan, ketakutan dan kekhawatiran terpendam sepanjang waktu kehidupan dari apa yang Gendhis jalani selama menjadi adik dari kakak kakanya.
Ibu dan Bapaknya Gendhis adalah pribadi yang sibuk, Ibunya pedagang dan juragan tanah,
Sekalipun Ibunya Gendhis anak orang kaya dan dirinya juga kaya raya…… bersambung..
(Prawira Sasmita) / (Eko B Art).