Menapak Tilas Ex PG Pelaihari, Tanah Laut Kalimantan Selatan
By Redaksi 26 November 2024
TNIPOLRInews.com –
Sejenak melihat keberadaan Ex PG Pelaihari, sejak dari dulu hingga sekarang.
Sekecil apapun riwayat, tentu tidak akan bisa terlupakan.
Seperti halnya PG Pelaihari, atau
juga dengan sebutan PIR Gula Pelaihari, yang sangat bersejarah.
Sebutan PIR idedentik dengan Kerakyatan. Karena
berdirinya PG Pelaihari memang diantaranya, kepentingan untuk rakyat, terutama dalam hal lapangan kerja.
Penyerapan lapangan kerja, tidak hanya dari masyarakat berpendidikan formal, sebagai karyawan penunjang operasional managemen perusahaan tapi, juga bagi masyarakat petani, yang punya potensi untuk pengembangan perusahaan.
PIR atau Perkebunan Inti Rakyat, adalah program pemerintah melalui Perkebunan, menjadikan petani sebagai mitra karya dengan istilah Petani Plasma.
Kembali pada Riwayat atau sejarah adanya PG Pelaihari, awalnya merupakan proyek yang diprakasai sejak tahun 1982, sekaligus awal pembukaan lahan pertama, oleh Direksi PTPN XXIV-XXV (Persero), sekarang PTPN XI (Persero).
Tahun 1986 telah diresmikan sebagai PG Pelaihari oleh Pemerintah, dengan status BUMN yang dikelola sinergi dengan pemerintah daerah Kalimantan Selatan.
Luasan yang dikelola, terdiri dari Lahan Inti dan Plasma.
Masing masing terpisah dengan adanya perbedaan mendasar tentang pola bagi hasil, namun tetap dalam satu managemen PTPN.
PG Pelaihari adalah Ikon Kalimantan Selatan di Era itu, karena merupakan, satu satunya pabrik gula yang ada, dalam hamparan hijau kebun tebu sepanjang area, untuk menunjang swasembada gulanya.
Keberadaan PG Pelaihari, telah mengangkat kehidupan sosial, dengan perkembangan perekonomian warga masyarakat sekitar.
Pembauran warga secara sosial, baik yang berada di komplek perumahan, maupun dilingkungan kampung sekitar, sangat akrap.
Hal tersebut tidak terlepas dari
sumberdaya manusia, secara individu yang tergolong diatas rata rata.
Efektif masa produktif PG Pelaihari sekitar 18 tahun.
Pada tahun 1997, PG Pelaihari ada perubahan managemen dari PTPN XI ke PTPN XIII.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah melalui kementerian BUMN, telah mengadakan falidasi, dengan menata struktur managemen.
Dalam tubuh BUMN.
Dalam langkahnya, Direksi PTPN XIII (Persero), menindak lanjuti dengan menerbitkan surat, untuk menawarkan opsi pada karyawan.
Ada tiga opsi yang harus diputuskan oleh karyawan, sebagai penentu kelanjutan status, dari masing masing individu.
Berikut cuplikan diantaranya,
poin poin opsi tersebut :
1.Tetap sebagai Karyawan PTPN , namun siap utk mutasi ke unit-unit lain.
2.Tetap bertahan di PG Pelaihari, dengan status swasta dalam waktu tertentu, hingga penutupan pabrik
3.Pensiun dini dari PTPN .
Dampak dengan adanya opsi tersebut, terjadi hal yang sangat mengharukan.
Hampir ribuan jiwa dari batih karyawan, yang selama belasan tahun, hidup secara berdampingan, bertetangga dengan guyub rukun, endingnya harus berpisah.
Cerita soal komplek perumahan PG Pelaihari, laksana pemukiman dipuncak tretes, tampak indah gemerlap lampu, bila terlihat dari kejauhan yang rendah, terutama diwaktu malam hari.
Perumahan, luas setara dengan satu kelurahan, lengkap dengan fasilitas umum, seperti sekolahan, poliklinik, kantor koperasi, gedung pertemuan, dilengkapi juga dengan lapangan tenes sepak bola, bahkan ada makam dan pasar.
Keberadaan PG Pelaihari, kini tinggal kenangan dan untuk dijadikan renungan bersama.
Saat ini dalam pengelolaan managemen PTPN XIII (Persero) dengan beralih komoditi Kelapa sawit.
Semoga PTPN XIII (Persero) tetap, eksis, solid dalam menjalankan managemen, sebagai kelanjutan,
untuk mempertahankan kesediaan lapangan kerja dan swasembada pangan.
Untuk mempererat talisilaturohim,
Para mantan karyawan PG Pelaihari,telah membentuk Perkumpulan, dengan nama “PAMANPALA” – (Paguyuban Mantan Pabrik Gula), yang di aplikasikan dalam group WAG dengan anggota, lebih dari 300 orang.
Itulah cara yang efektif untuk mempersatukan kembali dalam satu hati, dengan kondisi pada saat ini yang saling berjauhan.
Dalam upayanya, Pamanpala tetap exis, mengadakan reuni jumpa kangen, secara periodik dengan tempat yang ditentukan,
secara bergantian sesuai kesepakatan.
Sesekali menggunakan tempat balai pertemuan di area komplek, dengan tujuan untuk bisa menikmati suasana, perumahan yang banyak kenangan.
Seperti diantarnya adalah : gedung sekolah TK, SD dan SMPAI “Tuntung Pandang” yang telah banyak tercetak, oleh para guru guru, menjadi anak yang sukses sebagai penerus orang tuanya.
Tak terkecuali,
bendungan kebanggaan, dengan nama “Dam Ranggang”
Konon sekarang telah menjadi Ikon Tanah Laut, yang jadi jujugan para wisatawan.
Tetap semangat para mantan.
Sepahit apapun, kita pernah merasakan manisnya gula, produksi pabrik sendiri, diera “Kejayaan”
Salam sehat dan bahagia selalu.
Tetap berkarya.
(Tri Wono)